Beda Bahan, Beda Kualitas

Jakarta-Batik Tulis sebagai produk Budaya Nasional belakangan ini banyak digemari, khususnya yang pembuatannya memakai warna alami. Pewarna yang ramah lingkungan ini seiring trend dunia go green menggunakan pewarna yang berasal dari ekstraksi tumbuh-tumbuhan dan menjadi pilihan utama buyers di pasar golbal.

Ekstrasi dari aneka bahan tumbuhan alami adalah proses yang paling sederhana dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan merebus tumbuh-tumbuhan tersebut, bahan yang direbus adalah bagian daun, batang, buah, kulit buah, kulit akar dan bunga.

Bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan zat pewarna alami, antaralain daun Mangga, daun Alpokat, daun mahoni/ kulit Mahoni, Kunyit, daun Jati muda, daun Jarak Kepyar, Kulit Bawang Merah dan lainnya.

Ada beberapa cara pengektrasian zat pewarna alami, lazimnya  disesuikan dengan macam bahan yang diekstraksi, diantaranya, ekstrasi warna dari bahan tumbuh tumbuhan memerlukan perebusan/pendidihan secara perlahan-lahan yang berlangsung sekitar 1 jam, diperkirakan zat warnanya sudah dapat keluar semua.

Ekstrasi dari bunga dan daun memberikan warna yang bersih, cerah, jika diekstrasi tidak terlalu lama pada temperatur tinggi, saat kondisi ekstrasi harus diaduk-aduk untuk beberapa jam.

Ekstrasi warna dari kulit kayu, paling bagus kulit kayu direndam terlebih dahulu dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu didalam air dingin sebelum proses ekstrasi, kemudian di ekstrak sambil diaduk-aduk selama kurang lebih 1 jam.

Cara mengetraksi warna dari daun. Dipilih daun segar yang baru dipetik dan direndam terlebih dahulu selama beberapa jam, kemudian diektrasi selama 1 jam, warna akan terekstrasi secara maksimal.

Dari sejumlah warna yang diperoleh dengan cara mengekstraksi berbagai bahan akan diperoleh sejumah warna, yang meliputi, warna primer yakni warna pokok sepeti merah, kuning, biru. Warna Sekunder adalan pemcampuran dari warna primer, yakni merah campur kuning menjadi oranya, kuning campur biru menjadi hijau dan biru campur merah menjadi ungu. Sedangkan warna tersier adalah pencampuran anatara warna primer dan warna sekunder.

Tehnik Membatik Pewarna Alami

 Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pemberian malam (lilin)  pada kain, pewarnaan,  dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap.

Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan, tergantung berapa warna yang diinginkan. Menggunakan jenis pewarna kimiawi atau pewarna alami (diambil dari ekstraksi daun, bunga atau kulit kayu).

Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.

Gondorukem

Gondorukem (resina-colophonium) adalah olahan dari getah hasil sadapan pada batang tusam (Pinus). Gondorukem merupakan hasil pembersihan terhadap residu proses destilasi (penyulingan) uap terhadap getah tusam. Hasil destilasinya sendiri menjadi terpentin.

Di Indonesia, gondorukem diambil dari batang tusam Sumatera (Pinus merkusii). Gondorukem banyak diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan.

Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat. Penggunaannya antara lain sebagai bahan perekat warna.

Lilin batik

Apakah yang dinamakan lilin “batik atau malam” dalam pembatikan? Dibawah ini akan diuraikan hasil dari laboratorium maupun di lapangan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kerajinan dan Batik Departemen Perindustrian, bagaimana membuat produksi campuran lilin yang tepat sesuai sasaran penggunaan.

 Lilin dalam bidang pembatikan adalah suatu campuran padat dari beberapa bahan-bahan pokok lilin batik pewarna alami, antara lain Godorukem (hars/ harpus) dicampur Paraffin (lilin gas, lilin getuk, lilin B.P.M. kuning), Microwas, Lilin lebah, Mata kucing (damar), serta Kendal, lemak (gajih dari hewan) atau minyak kelapa.

Jenis lilin tertentu mempunyai sifat tertentu yang selalu disesuaikan dengan fungsinya, sifat yang harus diperhatikan yaitu kelunturan (elastisitas) dan daya rekat lilin pada kain.  Untuk tiap proses pengerjaan batik, dibutuhkan jenis lilin tertentu, dibuat dengan resep tersendiri dengan diperhitungkan kelenturan/ elastisitas lilin dan daya rekatnya yang diperlukan sesuai fungsi lilin atau kekuatan lilin batik yang diperlukan.   

Untuk pengerjaan batik dengan pewarna alami, dibutuhkan gondorukem dalam campuran lilin batik. Gondorukem berfungsi sebagai bahan yang dapat memperbesar daya rekat campuran lilin pada kain dasar batik pewarna alami. (Adyan Soeseno)