Senjata Tradisional Kekayaan Budaya Nusantara
Salah satu kekayaan Indonesia adalah senjata tradisional yang merupakan produk budaya yang berhubungan dengan keberadaan suatu masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya, senjata tradisional kini menjadi identitas suatu daerah yang turut memperkaya khazanah kebudayaan nusantara.
Menurut sosiolog Musni Umar, senjata tradisonal merupakan salah satu unsur budaya manusia yang usianya hampir sama dengan munculnya peradaban manusia. Senjata tradisional juga bisa dilihat sebagai produk budaya yang menandai kemajuan ilmu dan teknologi metalurgi masyarakat Nusantara di masa lalu.
Senjata tradisional secara dominan dikuasai laki-laki. Hal itu tak lepas dari budaya masyarakat yang menganut paham paternalistis alias menjadikan sosok laki-laki sebagai pemimpin. Hal itu yang membuat mengapa mempunyai senjata seolah menjadi suatu keharusan bagi seorang laki-laki.
Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis senjata tradisional, tiap daerah mempunyai jenis dan bentuk senjata yang khas. Di daerah Jawa terdapat senjata tradisional berupa keris, di Sunda terdapat kujang, di Aceh terdapat rencong, di masyarakat Dayak Kalimantan terdapat Mandau, di masyarakat Bugis Sulawesi terdapat badik, di Madura terdapat clurit, dan lain-lain.
Tidak semua senjata tradisional dibuat dari bahan logam. Suku Asmat sebelum mengenal logam mengandalkan pembuatan senjata tradisonal dari bahan bebatuan. Batu yang biasa digunakan sebagai bahan utama pembuatan senjata adalah batu nefrit. Batu tersebut kemudian diolah menjadi kapak batu. Ada dua jenis kapak batu, yaitu kapak genggam dan kapak gagang yang memiliki pegangan.
Kapak batu biasa digunakan oleh masyarakat Suku Asmat sebagai alat untuk menebang pohon dan membantu mereka dalam proses pembuatan sagu. Lebih dari sekadar senjata, kapak batu merupakan benda yang mewah, mengingat cara pembuatannya yang rumit dan bahan baku batu nefrit yang sulit ditemukan.
Namun, menurut Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) Fadli Zon, kini eksistensi senjata tradisional di Indonesia mulai terus tergerus. Di sejumlah daerah, keris bahkan mulai terlupakan, generasi muda pun seakan kurang menaruh minat pada warisan budaya ini.
Hal tersebut terjadi, lanjutnya, karena tak banyak referensi yang mengupas dan memperkenalkan senjata tradisional Indonesia. Informasi dan edukasi yang kurang, membuat orang juga tidak terlalu melakukan pengoleksian atau apresiasi terhadap senjata-senjata tradisional yang cukup banyak dibuat oleh para nenek moyang. (Ahmad Jauhari)